Saya menemukan kekuatan puisi-prosa Ready Susanto di buku ini, dan saya menikmatinya. Saya kira puisi-puisi itu akan menjadi penanda penting bagi kepenyairannya. Saya kira buku ini menjadi semacam sinyal baik bagi perjalanan menyairnya selanjutnya... Penyair ini telah menunjukkan tanda-tanda kematangan memanfaatkan alat-alat puitika. Rima dan ritma, misalnya, dimaksimalkan pada beberapa sajaknya. —Hasan Aspahani dalam Majalah PuisinetBejana, 2007; 14,5 x 21 cm; 86 hal; Softcover
Wayang golek Sunda, seperti jenis-jenis wayang lainnya, merupakan alat komunikasi pandang-dengar yang telah lama akrab dengan audiensnya, khususnya audiens etnis Sunda. Berbagai tuntunan dikemas dalam tuturan para dalang. Namun, boneka golek selama ini baru dinikmati sebatas sebagai alat perupaan cerita saja. Padahal, rupa boneka golek, secara visual, yang mencakup sikap, kepala, warna wajah, pola garis alis, mata, hidung, kumis dan mulut, melambangkan watak setiap tokoh golek. Dalam buku ini, rupa tokoh golek purwa, khususnya dalam cerita Mahabharata, ditelaah secara mendalam berdasarkan kajian estetik orang Indonesia, khususnya Jawa dan Sunda, yang tetap mengacu pada satu wujud yang taat-pakem cerita wayang. Kiblat Buku Utama, Cet. II, 2020; 14,5 x 21 cm; 236 hal; Softcover Beli di Tokopedia , Shopee , Lazada , dan Bukalapak