Dia ditawan di Dayeuhkolot, tidak jauh dari gudang mesiu yang sudah lama menjadi incarannya untuk dihancurkan. Di sana ia mengalami siksaan. Tapi dia tabah. Dan pada suatu hari ia melaksanakan niatnya. Dalam suatu kesempatan ia menyerang prajurit-prajurit yang menjaganya. Moh. Toha berhasil lepas dari cengkeraman mereka, tapi tak mungkin bisa keluar dari tempat itu. Dan itu memang bukan maksud Toha. Ia lari ke gudang mesiu, mengambil sebuah granat dan melemparkannya ke gudang mesiu itu. Dan meledaklah granat itu, disusul oleh ledakan bom serta peluru-peluru ukuran besar yang sangat dahsyat. Gudang mesiu itu hancur, tak sedikit pun tersisa....
Kiblat Buku Utama, 2018; 14,5 x 21 cm; 90 hal; Softcover
Wayang golek Sunda, seperti jenis-jenis wayang lainnya, merupakan alat komunikasi pandang-dengar yang telah lama akrab dengan audiensnya, khususnya audiens etnis Sunda. Berbagai tuntunan dikemas dalam tuturan para dalang. Namun, boneka golek selama ini baru dinikmati sebatas sebagai alat perupaan cerita saja. Padahal, rupa boneka golek, secara visual, yang mencakup sikap, kepala, warna wajah, pola garis alis, mata, hidung, kumis dan mulut, melambangkan watak setiap tokoh golek. Dalam buku ini, rupa tokoh golek purwa, khususnya dalam cerita Mahabharata, ditelaah secara mendalam berdasarkan kajian estetik orang Indonesia, khususnya Jawa dan Sunda, yang tetap mengacu pada satu wujud yang taat-pakem cerita wayang. Kiblat Buku Utama, Cet. II, 2020; 14,5 x 21 cm; 236 hal; Softcover Beli di Tokopedia , Shopee , Lazada , dan Bukalapak