Langsung ke konten utama

MENCARI GERBANG PAKUAN

Saleh Danasasmita
Waktu antara “Pajajaran sirna” sampai ”ditemukan kembali” oléh ékspédisi Scipio berlangsung kira-kira satu abad. Kota yang pernah berpenghuni 48.271 jiwa ini ditemukan sebagai ”puing” yang diselimuti oléh hutan tua. Untuk zamannya merupakan kota terbesar kedua sesudah Demak yang waktu itu berpenduduk 49.197 jiwa, dan masih dua kali lipat dari penduduk Pasai (23.121 jiwa), kota terbesar ketiga.
Masa silam yang jauh sering memantulkan gema yang kabur yang proyéksinya tercermin dalam lakon pantun dan babad. Tetapi penduduk Kedung Halang dan Parung Angsana yang terpisah satu abad dengan kehidupan Pakuan, menjadi peziarah pertama di puing kabuyutan Pajajaran ketika mengantarkan Scipio tanggal 1 Séptémber 1687. Jadi, sejak ditemukan oleh rombongan Scipio, orang merasa “bertemu kembali” dengan Pajajaran yang telah hilang.
Ternyata Pakuan bukan hanya lahan melainkan juga kenangan. Lahannya “dihidupkan lagi” tetapi kerajaannya takkan kembali. Buku ini merupakan perjalanan napak tilas Scipio (1687), Adolf Winkler (1690), dan Abraham van Riebeeck (1703,1704,1709) ketika mencari jejak-jejak kejayaan kerajaan Sunda.

Cetakan I, 2014; 14,5 x 21 cm; 94 hlm.; Rp 23.000,-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ALBUM BUAHHATIKU

Sajak-sajak Ready Susanto jernih, memikat, bersahaja, dan bernas. Dia tidak memberikan Hamparan kata-kata yang sulit dipahami. Membaca sajak-sajaknya seolah membaca petuah-petuah bijak yang dapat dicerna secara langsung diterima oleh logika-rasio. Kesan apa adanya, kebersahajaan komunikasi yang ditampilkannya membuat sajak-sajaknya berinteraksi baik dengan pembacanya. Sehingga tidak terjadi kebingungan untuk menarik kesimpulan dan makna bagi pembaca. - Eko Putra, Dalam Berita Pagi, Minggu, 3 Mei 2009 Bejana, 2007; 14,5 x 21 cm; 68 hal; Softcover Beli di  Tokopedia ,  Shopee ,  Lazada , dan  Bukalapak

MENJADI SAWAH

Rosid dalam kronik, kritik, dan konsepsi seni Dilengkapi dengan foto-foto lukisan Kiblat Buku Utama, 2007; 14,5 x 21 cm; 64 hal; Softcover Beli di  Tokopedia ,  Shopee ,  Lazada , dan  Bukalapak

DOA ANGKATAN KAMI

Hingga batas tertentu, sajak-sajak Yayat dalam ketiga kumpulannya ini barangkali dapat dilihat sebagai sejenis komentar politik tersendiridalam arti, menyiratkan ikhtiar untuk mewadahi tanggapan subjektif pemirsa atas gejala sosial politik di sekelilingnya dari waktu ke waktu. Sebagai penyair, Yayat rupanya percaya pada kekuatan sajak. Bahkan ia menemukan perwujudan wahyu sajak. Mataair, 2005; 14,5x21; 104 hal.; Softcover Beli di  Tokopedia ,  Shopee ,  Lazada , dan  Bukalapak