Langsung ke konten utama

SERIBU KEKUPU

Surachman R.M.
Puisi-puisi Surachman ditemukan dalam pelbagai antologi, seperti misalnya, Linus Suryadi AG, Tonggak, 2 (PT Gramedia, 1987); H.B. Jassin, Angkatan ’66, prosa dan puisi (Haji Masagung, 1988); Antologie bilingue poésie indonésienne contemporaine (Departemen Luar Negeri, 1972); John H. McGlynn, intro Sapardi Djoko Damono, On Foreign Shores (The Lontar Foundation, 1990); John H. McGlynn, Manhattan Sonnet (The Lontar Foundation, 2001), dan di beberapa majalah kesusasteraan, seperti Indonesia, Kisah, Sastra, Budaja Djaja, Basis, dan Horison. Kumpulan puisi Surachman R.M. adalah Di Balik Matahari (Budaya Jaya, 1974), Seribu Kekupu (Kiblat Buku Utama, 2012), Buat Sebuah Nama (akan terbit), dan Di Negeri Hirota Kôki (naskah). Kumpulan puisi dalam bahasa ibunya adalah Surat Kayas (Balai Pustaka, 1967), Basisir Langit (Balai Pustaka, 1976), Di Taman Larangan (Kiblat Buku Utama, 2012), dan Basa Ka Olivia (akan terbit). Beberapa di antaranya sudah diterjemahkan orang ke dalam bahasa Inggris, Prancis, Jerman, dan Rumania.
Cetakan I, 2012; 14,5 x 21 cm; 88 hlm.; Rp 22.000,-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ALBUM BUAHHATIKU

Sajak-sajak Ready Susanto jernih, memikat, bersahaja, dan bernas. Dia tidak memberikan Hamparan kata-kata yang sulit dipahami. Membaca sajak-sajaknya seolah membaca petuah-petuah bijak yang dapat dicerna secara langsung diterima oleh logika-rasio. Kesan apa adanya, kebersahajaan komunikasi yang ditampilkannya membuat sajak-sajaknya berinteraksi baik dengan pembacanya. Sehingga tidak terjadi kebingungan untuk menarik kesimpulan dan makna bagi pembaca. - Eko Putra, Dalam Berita Pagi, Minggu, 3 Mei 2009 Bejana, 2007; 14,5 x 21 cm; 68 hal; Softcover Beli di  Tokopedia ,  Shopee ,  Lazada , dan  Bukalapak

MENJADI SAWAH

Rosid dalam kronik, kritik, dan konsepsi seni Dilengkapi dengan foto-foto lukisan Kiblat Buku Utama, 2007; 14,5 x 21 cm; 64 hal; Softcover Beli di  Tokopedia ,  Shopee ,  Lazada , dan  Bukalapak

DOA ANGKATAN KAMI

Hingga batas tertentu, sajak-sajak Yayat dalam ketiga kumpulannya ini barangkali dapat dilihat sebagai sejenis komentar politik tersendiridalam arti, menyiratkan ikhtiar untuk mewadahi tanggapan subjektif pemirsa atas gejala sosial politik di sekelilingnya dari waktu ke waktu. Sebagai penyair, Yayat rupanya percaya pada kekuatan sajak. Bahkan ia menemukan perwujudan wahyu sajak. Mataair, 2005; 14,5x21; 104 hal.; Softcover Beli di  Tokopedia ,  Shopee ,  Lazada , dan  Bukalapak