Langsung ke konten utama

KEARIFAN LOKAL DALAM PERSPEKTIF BUDAYA SUNDA

Ajip Rosidi
Dengan sistim pendidikan seperti sekarang, nilai-nilai yang seharusnya menjadi perlengkapan manusia IndonĂ©sia buat menghadapi terjangan globalisasi dengan kearifan lokal, tidaklah kita punyai. Pendidikan melalui sekolah-sekolah kita lebih banyak memperkenalkan anak didik kita dengan kebudayaan Barat daripada membuat merĂ©ka agar mengenal kebudayaan warisan nĂ©nĂ©k moyangnya. Dengan demikian bangsa kita tidak mempunyai nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam warisan kebudayaan leluhurnya—yang tidak sempat diperkenalkan ke­pada merĂ©ka melalui pendidikan formal maupun nonformal. Perkenalan dengan kebudayaan warisan nĂ©nĂ©k moyang kita hanya terjadi secara kebetulan atas usaha pribadi atau kelompok kecil tertentu saja. Tidak ada usaha berencana secara terus-menerus agar anak-anak didik kita sejak kecil mengenal sumber budayanya. Dengan demikian merĂ©ka tidak sempat “membaca kembali, menafsirkan dan mengkrĂ©asikan makna serta memanfaatkan kearifan lokal dalam pembangunan karakter bangsa.” Karena itu janganlah hĂ©ran kalau pembangunan kita selama ini menyebabkan kita sebagai bangsa menjadi kian tak berkarakter.
Cetakan I, 2011; 14,5 x 21 cm; 144 hlm.; Rp 34.000,-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ALBUM BUAHHATIKU

Sajak-sajak Ready Susanto jernih, memikat, bersahaja, dan bernas. Dia tidak memberikan Hamparan kata-kata yang sulit dipahami. Membaca sajak-sajaknya seolah membaca petuah-petuah bijak yang dapat dicerna secara langsung diterima oleh logika-rasio. Kesan apa adanya, kebersahajaan komunikasi yang ditampilkannya membuat sajak-sajaknya berinteraksi baik dengan pembacanya. Sehingga tidak terjadi kebingungan untuk menarik kesimpulan dan makna bagi pembaca. - Eko Putra, Dalam Berita Pagi, Minggu, 3 Mei 2009 Bejana, 2007; 14,5 x 21 cm; 68 hal; Softcover Beli di  Tokopedia ,  Shopee ,  Lazada , dan  Bukalapak

MENJADI SAWAH

Rosid dalam kronik, kritik, dan konsepsi seni Dilengkapi dengan foto-foto lukisan Kiblat Buku Utama, 2007; 14,5 x 21 cm; 64 hal; Softcover Beli di  Tokopedia ,  Shopee ,  Lazada , dan  Bukalapak

DOA ANGKATAN KAMI

Hingga batas tertentu, sajak-sajak Yayat dalam ketiga kumpulannya ini barangkali dapat dilihat sebagai sejenis komentar politik tersendiridalam arti, menyiratkan ikhtiar untuk mewadahi tanggapan subjektif pemirsa atas gejala sosial politik di sekelilingnya dari waktu ke waktu. Sebagai penyair, Yayat rupanya percaya pada kekuatan sajak. Bahkan ia menemukan perwujudan wahyu sajak. Mataair, 2005; 14,5x21; 104 hal.; Softcover Beli di  Tokopedia ,  Shopee ,  Lazada , dan  Bukalapak