Langsung ke konten utama

KEARIFAN LOKAL DALAM PERSPEKTIF BUDAYA SUNDA

Ajip Rosidi
Dengan sistim pendidikan seperti sekarang, nilai-nilai yang seharusnya menjadi perlengkapan manusia IndonĂ©sia buat menghadapi terjangan globalisasi dengan kearifan lokal, tidaklah kita punyai. Pendidikan melalui sekolah-sekolah kita lebih banyak memperkenalkan anak didik kita dengan kebudayaan Barat daripada membuat merĂ©ka agar mengenal kebudayaan warisan nĂ©nĂ©k moyangnya. Dengan demikian bangsa kita tidak mempunyai nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam warisan kebudayaan leluhurnya—yang tidak sempat diperkenalkan ke­pada merĂ©ka melalui pendidikan formal maupun nonformal. Perkenalan dengan kebudayaan warisan nĂ©nĂ©k moyang kita hanya terjadi secara kebetulan atas usaha pribadi atau kelompok kecil tertentu saja. Tidak ada usaha berencana secara terus-menerus agar anak-anak didik kita sejak kecil mengenal sumber budayanya. Dengan demikian merĂ©ka tidak sempat “membaca kembali, menafsirkan dan mengkrĂ©asikan makna serta memanfaatkan kearifan lokal dalam pembangunan karakter bangsa.” Karena itu janganlah hĂ©ran kalau pembangunan kita selama ini menyebabkan kita sebagai bangsa menjadi kian tak berkarakter.
Cetakan I, 2011; 14,5 x 21 cm; 144 hlm.; Rp 34.000,-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WAYANG GOLEK SUNDA

Wayang golek Sunda, seperti jenis-jenis wayang lainnya, merupakan alat komunikasi pandang-dengar yang telah lama akrab dengan audiensnya, khususnya audiens etnis Sunda. Berbagai tuntunan dikemas dalam tuturan para dalang. Namun, boneka golek selama ini baru dinikmati sebatas sebagai alat perupaan cerita saja. Padahal, rupa boneka golek, secara visual, yang mencakup sikap, kepala, warna wajah, pola garis alis, mata, hidung, kumis dan mulut, melambangkan watak setiap tokoh golek. Dalam buku ini, rupa tokoh golek purwa, khususnya dalam cerita Mahabharata, ditelaah secara mendalam berdasarkan kajian estetik orang Indonesia, khususnya Jawa dan Sunda, yang tetap mengacu pada satu wujud yang taat-pakem cerita wayang. Kiblat Buku Utama, Cet. II, 2020; 14,5 x 21 cm; 236 hal; Softcover Beli di  Tokopedia ,  Shopee ,  Lazada , dan  Bukalapak

TUKANG KUDA KAPAL LA PROVIDENCE

Georges Simenon Penemuan mayat wanita, korban pembunuhan misterius, mengguncangkan desa Dizy. Komisaris Maigret baru saja mengenal keadaan desa, sistem pengaturan transportasi, dan kapal-kapal beserta orang-orangnya, ketika pembunuhan yang kedua terjadi…. Cetakan I, 2008; 11 x 17,5 cm; 192 hlm.; Rp 30.000,-

PSIKOLOGI SENI

Irma Damajanti Mengapa sejumlah orang—seperti pelukis Pi­casso, sastrawan Shakespeare, penemu Tho­mas Alva Edison, ilmuwan Albert Einstein, dan komedian Charlie Chaplin—begitu kreatif dan imajinatif? Padahal kreativitas dan imajinasi keba­nyakan orang hanyalah “biasa-biasa saja”. Dalam buku ini, berbagai teori dari para ahli psi­kologi termasyhur—Sigmund Freud, Carl G. Jung, Jacques Lacan, B.F. Skinner, Alfred Adler, dan Abraham Maslow—khususnya berkenaan de­ngan “kreativitas” dalam ranah seni dan ilmu, diuraikan secara lengkap dan komprehensif. Cetakan II, 2013; 14,5 x 21 cm; 128 hlm.; Rp 35.000,-