Hanya sedikit sekali pakar astronomi di lingkungan PT dan pakar ilmu falak di lingkungan pesantren yang mengenal keberadaan kalender Sunda, yaitu sistem penanggalan yang lahir di lingkungan budaya Sunda dan dikreasi oleh orang Sunda pada masa lalu. Bahkan kalender ini dipakai setidaknya di lingkungan kerajaan dan terabadikan dalam naskah dan atau prasasti yang terkait dengannya.
Kalender Sunda menggunakan kedua sistem perhitungan waktu (hari, bulan, dan tahun)—matahari (Matahari) dan bulan (Bulan)—tanpa menggabungkan keduanya, sehingga dikenal dua istilah: kala Saka Sunda dan kala Caka Sunda. Dalam buku ini, pembaca dapat membandingkan—melalui pajangan astronomi—penanggalan yang diciptakan oleh suku Sunda ini dengan penanggalan Masehi dan Hijriah, yang ternyata memiliki akurasi yang jauh lebih tinggi. Penulisnya adalah alumnus Fakultas Syari'ah IAIN (UIN sekarang) Walisongo Semarang, pegiat-peminat astronomi sekaligus pengajar ilmu syariah di Minhajut Thalibin, Patokbeusi, Subang.Kiblat Buku Utama, 2017; 14,5 x 21 cm; 112 cm; Softcover